Rasulullah bersabda, “Manakala seorang hamba menghadap kiblat dan
mengucapkan ‘Allahu Akbar’, dia akan bersih dari dosa laksana baru dilahirkan
ibunya.”
Shalat seharusnya adalah wahana
privat yang di dalamnya percakapan seorang hamba dan Tuhan terjadi begitu dalam
dan mesra. Ungkapan Nabi “Shalat adalah
cahaya mataku” melukiskan luapan kegembiraan yang beliau peroleh ketika
shalat. Maka, tak ubahnya dengan yang terjadi pada Nabi Saw., shalat yang benar
dapat menghasilkan kebahagiaan dan pencerahan (ilham dan kreativitias) bagi
pelakunya. Inilah suatu keadaan yang, oleh Mihaly Csikszentmihalyi—seorang tokoh
psikologi positif terkemuka—disebut sebagai flow.
Buku yang disusun oleh seseorang yang memiliki concern terhadap Tasawuf (positif) dan Filsafat Islam, ini merupakan upaya untuk menampilkan shalat sebagai jawaban atas kebutuhan eksistensial dan intelektual manusia modern akan kebahagiaan dan pencerahan hidup. Terbagi dalam dua bagian, bagian pertama menjelaskan tentang hakikat dan makna shalat yang benar, yang bisa melahirkan kebahagiaan dan pencerahan hidup, berikut konsekuensi komitmen sosialnya. Bagia kedua—yakni bagian terpenting buku ini—merupakan penjelasan sekaligus bimbingan dari para sufi besar dan filosof tentang apa dan bagaimana shalat yang sebenarnya itu.
ISI BUKU |
||
Pengantar Cetakan Kedua |
7 |
|
Pengantar |
11 |
|
BAGIAN 1 : RUH SHALAT |
|
|
1. |
Pendahuluan: Fungsi dan Manfaat Shalat |
23 |
2. |
Shalat yang Sebenarnya |
30 |
3. |
Shalat dan Keharusan Khusyuk (1) |
35 |
4. |
Shalat dan Keharusan Khusyuk (2) |
41 |
5. |
Bagaimana Shalat Dapat Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar ? |
46 |
6. |
Keharusan Berbuat Baik kepada Sesama |
51 |
7. |
Thuma’nînah dan Flow |
56 |
8. |
Shalat dan Pencerahan |
62 |
9. |
Shalat Meningkatkan Performance Kerja |
67 |
10. |
Apakah Shalat Bisa Digantikan dengan Meditasi ? |
72 |
|
Agar Kita Berdisiplin, Khusyuk, dan Menikmati Shalat |
77 |
BAGIAN 2 : MERESAPI RUH
SHALAT |
|
|
|
Ringkasan Pandangan Kaum Sufi dan Filosof tentang Shalat |
87 |
11. |
Kaum Sufi dan Syariat |
91 |
12. |
Shalat menurut Kaum Sufi (1): Dalam Kasyf Al-Mahjûb, Karya
Al-Hujwiri |
97 |
13. |
Shalat menurut Kaum Sufi (2): Dalam Kasyf Al-Mahjûb, Karya
Al-Hujwiri |
104 |
14. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ibn ‘Arabi dalam Fushus
Al-Hikam (1) |
110 |
15. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ibn ‘Arabi dalam Fushus
Al-Hikam (2) |
117 |
16. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Imam Al-Ghazali |
124 |
17. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Abu Thalib Al-Makki (1) |
134 |
18. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Abu Thalib Al-Makki (2) |
140 |
19. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Abu Thalib Al-Makki (3) |
145 |
20. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Rumi (1) |
152 |
21. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Rumi (2) |
158 |
22. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ibn Al-Qayim Al-Jawziyah |
164 |
23. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Syah Waliyullah Al-Dihlawi (1) |
173 |
24. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Syah Waliyullah
Al-Dihlawi (2) |
178 |
25. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ibn Sina (1) |
184 |
26. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ibn Sina (2) |
191 |
27. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ayatullah
Khomeini (1) |
198 |
28. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Ayatullah
Khomeini (2) |
206 |
29. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Muhammad Iqbal |
213 |
30. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Murtadha Muthahhari (1) |
229 |
31. |
Memaknai Shalat: Melalui Penghayatan Murtadha Muthahhari (2) |
237 |
32. |
Kesimpulan: Buat Apa Shalat ? |
244 |
Tanya Jawab |
251 |
|
Indeks |
257 |
No comments:
Post a Comment