MEMBUKA TIRAI KEGAIBAN : RENUNGAN-RENUNGAN SUFISTIK – JALALUDDIN RAKHMAT

MEMBUKA TIRAI KEGAIBAN : RENUNGAN-RENUNGAN SUFISTIK – JALALUDDIN RAKHMAT

Ketika ISLAM AKTUAL dibahas di kantor ICMI di Jakarta, Mas Cip (Sutjipto Wirosardjono) mengatakan bahwa yang ia temukan di buku itu hanyalah kumpulan khutbah seorang muballigh. Mas Cip benar. Saya memang bukan pemikir, yang tertarik (atau mampu) membuat buku-buku tebal tentang Islam. Saya juga bukan ulama, yang senang (atau sanggup) membahas suatu persoalan dengan mendalam dan teperinci. Saya hanyalah orang awam, yang ingin membagi kan ketidaktahuan saya kepada saudara-saudara saya. Dengan cara itu, saya belajar lebih efektif.

Lebih dari seribu tahun yang lalu, di Arafah, Nabi Saw. ber khutbah. Beliau berbicara sepenggal-sepenggal, paragraf demi paragraf. Sebelum setiap penggalan, beliau bersabda, “Wahai manusia, dengarkan pembicaraanku dan pikirkan baik-baik.” Setiap kalimat diulangi oleh seorang sahabat supaya didengar oleh orang-orang di sekitarnya; ulangan sahabat itu diulang lagi oleh sahabat berikutnya. Begitulah seterusnya, sehingga pesan Nabi Saw. dapat didengar oleh orang yang paling jauh dari beliau. Kemudian, Nabi Saw. mengakhirinya dengan berkata, “Fal yuballighisy-Syahidul ghaib. Fa rubba Muballighin aw’a min sami. Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir. Banyak sekali penyampai yang lebih mampu menyimpan pembicaraanku dari orang yang sekadar mendengarkannya saja.”

Saya adalah muballigh, sang penyampai; dengan harapan lebih dapat menyimpan ajaran Rasulullah Saw. Bila para sahabat mengulang kembali pesan Nabi supaya didengar oleh orang-orang yang berdekatan secara geografis, saya menyampaikan pesan Nabi Saw. untuk orang-orang yang berdekatan dengan saya dalam ruang dan waktu. Tapi, ketika Mizan menerbitkannya, saya sudah melintas ruang dan waktu. Buku ini sebetulnya merupakan kumpulan ceramah saya yang ditranskripsikan. Ada perulangan dalam kata, kalimat, juga tema pembicaraan. Saya berusaha menyuntingnya kembali di Canberra, Australia; pada suatu tempat ketika kitab-kitab rujukan tidak berada di sekitar saya. Karena itu, boleh jadi Anda menemukan terjemahan hadis yang tidak cermat. Dalam ceramah, penjelasan tentang hadis sering disebutkan bersamaan dengan hadisnya. Walaupun demikian, saya menyebutkan sumber-sumbernya, supaya Anda dapat menemukan hadis dalam muatan aslinya.

Saya orang awam dan buku ini ditujukan kepada orang awam juga. Saya orang sederhana, memilih tema-tema yang sederhana dan menyampaikannya dengan bahasa sederhana juga. Para pembaca yang “pintar”, ahli-ahli agama (seperti ahli hadis, tafsir, tasawuf, atau apa saja), sebaiknya tidak membaca buku ini. Kalaupun mereka membaca dengan maksud mengkritiknya, mereka menghabiskan waktu saja. Lebih baik mereka menulis buku tebal untuk menambah pengetahuan saya dan para pembaca saya. Saya tidak membenci kritik. Saya justru menyukainya. Yang tidak saya sukai ialah menggunakan ukuran yang berbeda untuk satu buku yang harus dinilai dengan ukuran tertentu. Tidak adil jika Anda menguji anak SD dengan tes yang seharusnya diberikan buat anak SMA, apalagi dengan tes universitas. Tidak adil juga untuk menilai buku muballigh dengan kriteria yang dipakai untuk mengadili buku pemikir.

Buku ini berisi renungan-renungan sufistik. Tapi Anda tidak adil jika membayangkan buku ini menyajikan renungan sufistik seperti Awarif Al-Ma‘arif dari Suhrawardi, Ihya’ ‘Ulum Al-Din dari Al-Ghazali atau apalagi Al-Futuhat Al-Makkiyah dari Ibn Arabi. Kata sufistik harus diartikan “kesufi-sufian” saja; mirip kata tashawwuf, yang berarti “bersufi-sufian”. Anda akan menemukan beberapa tulisan yang kelihatannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan sufi. Kalau saya harus mem pertanggungjawabkan judul buku ini, saya akan mem berikan jawaban sederhana. Saya mengambil definisi sufi dari Dzun Nun Al-Mishri (dia sih sufi beneran). Menurut dia, kehidupan sufi ditegakkan di atas empat tonggak: (1) Jangan bergaul dengan Allah kecuali dengan muwafaqah; (2) Jangan bergaul dengan makhluk kecuali dengan munashakah; (3) Jangan bergaul dengan nafsu kecuali dengan mukhalafah; (4) Jangan bergaul dengan setan kecuali dengan muharabah. Buku ini berusaha menunjukkan kepada pembaca bagaimana menyesuaikan diri kita dengan perintah-perintah Allah (muwafaqah), bagaimana menghidupkan kecintaan kepada Rasulullah Saw., para imam yang suci, dan saling menyayangi di antara sesama hamba Allah (munashahah), bagaimana membantah tuntutan hawa nafsu (mukhalafah), serta bagaimana memerangi setan (muharabah). Tashawwuf tidak lain hanyalah adab pergaulan (mu‘amalah). Ah, ini penyederhanaan lagi.

Simplex veri sigillum. Kesederhanaan adalah tanda kebenaran. Kata mutiara ini makruf di kalangan filosof. Buat saya, kata ini menghibur saya untuk menjustifikasi keawaman saya. Saya sedang berusaha melahirkan karya-karya besar. Yang lahir ternyata hanya satu karya dan tidak besar. Yang lahir akhirnya kicauan muballigh saja.

DOWNLOAD EBOOK

ISI BUKU

KATA PENGANTAR

5

DAFTAR ISI

9

BAGIAN PERTAMA :

MENCARI KENIKMATAN SHALAT

13

Kembali kepada Fitrah Kemanusiaan

15

Mencari Kenikmatan Shalat

20

Tanda-Tanda Orang yang Shalatnya Diterima Allah Swt.

32

Shaum : Madrasah Ruhaniah

38

Pesan Moral Ibadah Shaum

45

Tafsir Ayat Hukum Puasa

51

Haji : Keberangkatan Sukarela Menuju Allah Swt.

65

Haji Bukan Hanya Zikir

69

Haji Mabrur

74

BAGIAN KEDUA :

BERUSAHA MENJADI KEKASIH ALLAH

79

Hadis-Hadis tentang Hati

81

Mencoba Mengenali Penyakit Hati

90

Ukuran-Ukuran Ikhlas

98

Dari Karena Allah Menuju untuk Allah

110

Wara’ : Nilai Kesucian

117

Wara’ dan Pemeliharaan Iman

127

Bukalah Tirai Kegaiban dengan Zuhud

133

Kesabaran sebagai Kendaraan Hidup Manusia

144

Malu kepada Allah

149

Wali Allah dalam Al-Quran dan As-Sunnah

155

BAGIAN KETIGA :

TIGA HARI BERSAMA PENGHUNI SURGA

165

Tiga Hari Bersama Penghuni Surga

167

Kelompok yang Didoakan Malaikat Pemikul ‘Arsy

172

Memilih Teman Perjalanan di Alam Barzakh

179

Kiat Memperoleh Sinaran Cahaya di Hari Kiamat

188

Mata yang Tidak Menangis di Hari Kiamat

196

Abdal : Pemimpin Kafilah Ruhani Menuju Allah

199

Bekal “Mudik” ke Rabbul ‘Alamin

204

BAGIAN KEEMPAT :

MENINGGALKAN TAKABUR MENUJU TASYAKUR

215

Antara Nashahah dan Ghasyasyah

217

Antara Sa‘adah dan Syaqawah

243

Menaati Orang Berakal dan Membantah Orang Bodoh

248

Meninggalkan Takabur Menuju Tasyakur

255

Penebar Berkah dan Pendatang Laknat

261

BAGIAN KELIMA :

BELAJAR MENGIKHLASKAN AMAL

271

Teologi Kemiskinan dan Pemiskinan Teologi

273

Nilailah Orang dari Amalnya

281

Belajar Mengikhlaskan Amal

289

Hasad : Penghapus Amal Kebaikan

293

Iman dan Amal Sosial

301

Keutamaan Orang Dermawan

309

BAGIAN KEENAM :

BERGABUNG BERSAMA KAFILAH RASULULLAH

315

Akhlak Rasulullah Saw. dalam Memimpin

317

Doa Rasulullah Saw. untuk Memohon Kehidupan yang Baik

326

Wasiat Rasulullah kepada Salman Al-Farisi

336

Tidakkah Kita Menyakiti Hati Nabi Saw. ?

341

Buktikan Cintamu kepada Rasulullah Saw.

350

Bergabung Bersama Kafilah Rasulullah Saw.

363



PRIMAGRAPHOLOGY TRAINING & CONSULTING

BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA KARYA JALALUDDIN RAKHMAT :

BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA TENTANG TASAWUF :

No comments:

Post a Comment