Seperti diketahui, Hajar adalah
ibunda Nabi Ismail dan istri Nabi Ibrahim. Dari keturunannyalah Rasulullah
Muhammad berasal. Tentu saja, peristiwa penting yang paling diingat kaum Muslim
berkaitan dengan Hajar adalah pencarian air untuk putranya, Ismail. Dari
peristiwa itulah muncul istilah zamzam dan sai. Dengan demikian, ritual haji
dan kota Mekah tentu saja tak bisa dilepaskan dari kehidupan keluarga Nabi
Ibrahim. Bahkan, Alquran sendiri memotret permohonan Nabi Ibrahim berkaitan
dengan kota Mekah seperti yang tercantum dalam surah Ibrahim ayat 35-37.
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku,
sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, maka
barang siapa yang mengikutiku, sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan
barang siapa yang mendurhakai aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezekilah mereka dari buahbuahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
Begitulah, Mekah dan keluarga
Ibrahim ibarat dua sisi uang yang tak terpisahkan. Dan penghubung paling penting
antara Mekah dan keluarga Ibrahim adalah Hajar.
Seperti karya Sibel Eraslan
sebelumnya, novel yang ada di hadapan pembaca ini diracik dan diolah dengan
serius sehingga menjadi jalinan kisah yang memesona tentang Bunda Hajar. Kita
tak hanya disuguhkan kisah yang sudah dikenal, terutama soal zamzam dan sai,
tapi lebih dari itu. Kita akan dibawa masuk oleh pengarang menelusuri lebih
jauh siapa sebenarnya Hajar dan bagaimana hubungannya dengan Nabi Ibrahim.
Cerita tentang Hajar tentu saja
menjadi pelajaran bagi kaum Mukmin. Beliau adalah teladan bagi kita semua.
Tidak hanya berhenti pada beliau, tetapi juga keluarga besar Nabi Ibrahim yang
lain, seperti Sarah, Ismail, Ishak, dan Ibrahim sendiri. Kehidupan mereka
adalah pelajaran terbaik bagi generasi setelahnya. Apa yang dialami para nabi
dan keluarganya laksana oase yang tak pernah kering untuk ditimba air ilmunya.
Novel ini beralur maju dengan
beberapa lashback yang mengikuti kisah kehidupan Hajar. Novel ini menggunakan
pencerita dengan kata ganti orang pertama tunggal, “aku”. Itu artinya Hajar
sendiri yang menceritakan kisahnya. Meski demikian, ada beberapa bagian yang
penceritanya adalah Sarah dan Ibrahim.
Kisah diawali dengan peristiwa
memilukan yang dialami Hajar ketika negaranya diserang dan dihancurkan oleh
pasukan Raja Awemeleh. Sejak saat itu, Hajar menjadi budak. Kehidupannya sebagai
putri seorang kepala suku berubah drastis. Tak ada kebahagiaan. Yang ada adalah
kesedihan dan penderitaan. Di tengah kondisi seperti itulah kehadiran Sarah dan
Ibrahim menjadi titik balik kehidupannya. Pertolongan Allah kepada Sarah membuat Raja
Awameleh tak berhasil melecehkannya. Bahkan, raja zalim itu mengusir Sarah dan
memberikan Hajar kepadanya. Saat itu pula Hajar terbebas dari ikatan budak. Dia
pun mengabdi kepada keluarga Nabi Ibrahim, hingga akhirnya menjadi istri sang
nabi.
Kekuatan novel ini terletak pada
kemampuan pengarang meramu konlik batin antartokohnya. Cerita berjalan di
antara renungan-renungan pribadi setiap tokoh. Meski demikian, sama dengan
novel-novelnya yang lain, pengarang akan mengajak kita “berkelana” pada
imajinasi terhadap ruang dan waktu yang jauh serta merenungkan dan
membandingkan kembali semuanya dengan kehidupan masa kini. Oleh karena itu,
dalam konteks kekinian, tokoh-tokoh yang luar biasa ini hadir bukan hanya
sebagai simbol kebaikan, keluhuran, dan keagungan yang tidak bisa ditiru. Apa
yang terjadi pada mereka, pada beberapa sisi, pasti juga dialami oleh manusia
lainnya. Yang membedakan adalah sikap dan respons positif terhadap semua
kejadian yang menghampiri.
ISI BUKU |
||
Pengantar
Penerbit |
iii |
|
1. |
Perpisahan,
Kekalahan, dan Kebebasan |
1 |
2. |
Hari
Penyerangan |
6 |
3. |
Awan Putih yang
Terhempas dan Pandangan Sarah |
110 |
4. |
Jalan Keluar |
116 |
5. |
Cerita Pertama
Sarah kepada Hajar |
171 |
6. |
Cerita Kedua
Sarah kepada Hajar |
186 |
7. |
Cerita Ketiga
Sarah kepada Hajar |
200 |
8. |
Hari Penyatuan |
268 |
9. |
Embusan Awan
dari Hati Sarah |
283 |
10. |
Persinggahan
Terakhir Sebelum Perpisahan |
289 |
11. |
Air dengan Air |
301 |
12. |
Tanah dengan
Tanah |
306 |
13. |
Api dengan Api |
312 |
14. |
Angin dengan
Angin |
319 |
15. |
Jalan Keluar
dari Segala Hal dan Keadaan |
323 |
16. |
Kali Pertama
Hajar Berlari |
352 |
17. |
Kali Kedua
Hajar Berlari |
355 |
18. |
Kali Ketiga
Hajar Berlari |
359 |
19. |
Kali Keempat
Hajar Berlari |
363 |
20. |
Kali Kelima
Hajar Berlari |
369 |
21. |
Kali Keenam
Hajar Berlari |
373 |
22. |
Kali Ketujuh
Hajar Berlari |
377 |
23. |
Ucapan Syukur
Menggema ke Langit |
385 |
24. |
Catatan Buku
Harian Hajar |
392 |
25. |
Surat Hajar
kepada Angin Sakinah |
401 |
26. |
Awan Kerinduan
Dalam Hati Hajar |
410 |
27. |
Awan Kerinduan
dalam Hati Nabi Ibrahim |
425 |
BUKU-BUKU NOVEL ISLAM LAINNYA :
BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA TENTANG KISAH :
No comments:
Post a Comment