Buku ini mengisahkan seorang
perempuan mulia yang memegang teguh akidah, bahkan hingga saat lidah api
menjilat tubuhnya di tiang hukuman penguasa zalim bergelar Fir’aun. Perempuan
mulia ini, Asiyah, seorang Ratu Mesir, yang menanamkan dengan kuat di dalam
hatinya ajaran Tuhan yang Satu seperti yang disampaikan oleh Nabi Yusuf A.S.
Asiyah, perempuan mulia yang tak silau oleh gemerlap kekuasaan dan nikmat
dunia.
Kisah ini terbagi dalam dua
bagian besar. Bagian awal disampaikan dalam bentuk kiasan lempeng-lempeng
manuskrip yang mengisahkan Raja Akhenaten, penguasa Mesir yang bijaksana dan
meyakini kebenaran ajaran Nabi Yusuf, beriman kepada Tuhan yang Tunggal.
Keyakinan ini akhirnya membuat pusat pemerintahannya di Amarna luluh lantak
oleh serangan pasukan musuh dari dalam kerajaannya sendiri yang ingin
memulihkan kembali keyakinan terhadap banyak tuhan atau dewa. Bagian ini juga
mengantarkan pembaca untuk mengenal tokoh-tokoh utama.
Bagian kedua menceritakan kisah
Ratu Asiyah yang juga dikenal sebagai Yes atau Yes’a. Pembaca akan diajak
menyelami perjalanan hidup Ratu Asiyah yang besar dalam didikan Apa, guru yang
sangat dihormatinya, serta kedua pengiring setianya, Tahnem dan Sare. Bersama,
mereka menjaga keimanan terhadap Tuhan yang Satu, seraya menyusun langkah
menghadapi kelicikan dan pandangan haus kekuasaan Kepala Pendeta Haman dan
Karonaim yang mengingkari asal-usulnya. Mereka adalah empat sekawan dari masa
kecil, Asiyah, Ra, Ha, dan Ka. Namun, pada akhirnya mereka berpisah jalan,
saling berhadapan sebagai lawan.
Asiyah kemudian ditakdirkan
menjadi permaisuri Raja Ra. Sang Raja kelak bermimpi mengenai kelahiran seorang
anak dari Suku Apiru yang akan menjatuhkannya dari singgasana. Seorang anak
yang akan menjadi utusan-Nya. Mimpi ini berujung pada kegilaan berupa perintah
membunuh setiap bayi laki-laki Apiru yang baru lahir. Namun, kuasa Illahi
menentukan bahwa bayi masih merah yang dihanyutkan ke Sungai Nil oleh ibunya
akan berjumpa ibu yang lain, Ratu Asiyah. Bayi ini adalah Musa.
Inilah kisah Asiyah, Permaisuri
Fir’aun. Keteguhan imannya seperti aliran Nil yang tak lelah menyusuri jalannya
menuju samudera luas, walau segala rintangan menghadang... Inilah kisah seorang
perempuan yang tak silau oleh harta dan kekuasaan...
ISI BUKU |
||
Pengantar
Penerbit |
3 |
|
Legenda Pasir |
7 |
|
1. |
Lempeng Pertama |
10 |
2. |
Lempeng Kedua |
22 |
3. |
Lempeng Ketiga |
30 |
4. |
Kisah-Kisah di
Sekolah |
50 |
5. |
Kisah Semua
Kembali ke Asalnya |
55 |
6. |
Kisah Asiyah
dan Burung Bulbul |
62 |
7. |
Hari Pemakaian
Mahkota |
71 |
8. |
Gadis Yang
Berada di Hadapan Cermin, di Hari Pemakaian Mahkota |
82 |
9. |
Asiyah… Kolam…
Bunga… |
92 |
10. |
Perjalanan
Menuju Gosen |
116 |
11. |
Para Utusan
yang Datang dari Negeri Punt |
152 |
12. |
Tahnem, Murid
Tukang Perahu |
160 |
13. |
Rumah Pedagang
Piri Bahtiyar |
181 |
14. |
Hari-Hari Sedih
di Pemakaman Kafertep |
193 |
15. |
Ratu Segala
Kesendirian |
206 |
16. |
Hari Retaknya
Cermin-Cermin |
214 |
17. |
Dua Bidan |
223 |
18. |
Lahirnya Sebuah
Bintang di Langit |
234 |
19. |
Sembilan Puluh
Sembilan Kali Selamat Tinggal |
254 |
20. |
Sembilan Puluh
Sembilan Kali Keinginan |
260 |
21. |
Sembilan Puluh
Sembilan Kali Ucapan Selamat Datang |
272 |
22. |
Cahaya Mata |
279 |
23. |
Ketika Dua Ibu
Membesarkan Bayi Musa |
302 |
24. |
Ratu Tanpa
Istana |
320 |
25. |
Hari Perpisahan… |
324 |
26. |
Hari-Hari Baru
di Avaris |
330 |
27. |
Kisah Keberuntungan
Margir |
337 |
28. |
Petualangan
adalah Pengetahuan |
342 |
29. |
Kisah Muwahidun
Nabi Yusuf dan Para Serigala |
349 |
30. |
Tahun-Tahun
yang Berlalu di Jalur Avaris-Memphis |
355 |
31. |
Putra Semata
Wayang Dua Ibu |
363 |
32. |
Jalan-Jalan
yang Memisahkan Anak dari Ibu |
373 |
33. |
Sultanah yang
Menjadi Tawanan di Istana |
385 |
34. |
Sultanah kah
yang Kembali ke Istana ? |
395 |
35. |
Setelah
Penantian Lama |
401 |
36. |
“Hari Saat
Putraku Tiba…” |
410 |
37. |
Pertemuan |
418 |
Tentang Penulis : Sibel Eraslan |
450 |
BUKU-BUKU NOVEL ISLAM LAINNYA :
BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA TENTANG KISAH :
No comments:
Post a Comment