MENGAPA NABI BERPOLIGAMI? : WANITA DALAM PANDANGAN RASULULLAH – ALI SYARI’ATI

MENGAPA NABI BERPOLIGAMI? : WANITA DALAM PANDANGAN RASULULLAH – ALI SYARI’ATI

Karya ini pertama kali disampaikan oleh Dr. Ali Syari’ati pada suatu konferensi yang diselenggarakan oleh Gereja Jesuit Paris. Konferensi ini diadakan untuk menanggapi buku karya penulis Perancis, Mr. Conde, yang dengan nada minor mengomentari kehidupan perkawinan Rasulullah saw. Selanjutnya, Syari’ati memasukkan topik penting ini dalam kuliah-kuliahnya di Universitas Masyhad (1966 - 1967). Setelah mengalami sedikit pengeditan, rangkaian kuliah itu kemudian diterbitkan pada tahun 1969 dengan judul Lessons in Islamology (Pelajaran-pelajaran tentang Islamologi).

Isu poligami dalam Islam, khususnya yang berkaitan secara langsung dengan kehidupan Rasulullah saw begitu menarik perhatian para sarjana Barat sejak lama dibandingkan dengan isu-isu lainnya. Tentu saja sebagian besar sarjana ini belum melakukan riset ilmiah yang memadai seputar persoalan ini sehingga mereka terjebak untuk merusak dan mencoreng citra Islam dan umatnya. Begitu banyak fakta sejarah yang mereka abaikan demi memenuhi selera dan mungkin kebencian mereka terhadap Islam.

Mereka begitu bergairah menyoroti kisah Zaid dan Zainab dan tak tertarik sama sekali dengan fakta bahwa Rasulullah saw ketika berusia 25 tahun menikah dengan seorang janda yang umurnya lima belas tahun lebih tua. Mereka juga tidak berminat terhadap fakta bahwa beliau tidak pernah menikah dengan wanita lain selama masa hidup Khadijah as. Bagi mereka, semua fakta itu tidak berarti dan hanyalah “cerita lucu” yang tidak perlu dikemukakan.

Para penulis itu bersikeras mencari dalih untuk menyerang Islam dan dengan sengaja mengesampingkan seluruh fakta dan realitas tentang kehidupan perkawinan Rasulullah saw untuk mengotori kesucian beliau dan menyandingkannya dengan raja-raja Timur yang hidup dengan puluhan selir. Mereka mengabaikan fakta bahwa Rasulullah, jika beliau menghendaki, bisa saja mengawini Zainab sebelum dia kawin dengan Zaid. Dan juga jika beliau menghendaki, pasti lebih menyenangkan mengawini gadis-gadis muda daripada dengan janda tua berumur 60 tahun seperti Ummu Salamah.

Para penulis itu telah menutup mata terhadap sebagian besar realitas yang terjadi. Jika tidak, mereka tidak mungkin berani menyampaikan kampanye picisan untuk menyudutkan seorang manusia yang begitu tangguh dan dicintai, yang menikah dengan seorang perempuan bertabiat buruk seperti Hafshah. Rasulullah yang menyadari risiko perkawinannya dengan perempuan yang tidak disukai oleh lingkungannya itu melakukannya semata-mata untuk mencari keridhaan Allah dengan menolong jiwa yang malang. Akan tetapi, demi Allah, perilaku manusiawi dan penuh pengorbanan itu tidak pernah dicatat oleh para penulis anti-islam.

Isu poligami dan hak-hak perempuan dalam Islam tentu membutuhkan penelitian besar dan harus dilakukan dengan tinjauan dari berbagai sudut tanpa prasangka dan praduga. Tidak selayaknya kita memaksakan kerangka norma-norma modern terhadap persoalan yang berlangsung 1400 tahun silam dalam konteks budaya yang sangat berbeda.

Dalam pendekatannya terhadap kehidupan perkawinan Rasulullah. Dr. Ali Syari’ati secara cermat menjaga obyektivitas untuk tidak merusak nilai-nilai ilmiah tulisannya. Dengan demikian, dia bisa menghindari melihat persoalan dari sudut dirinya sebagai seorang Muslim yang taat, dan membebaskan pikirannya dari pengaruh kecenderungan keagamaannya. Itulah sebetulnya yang paling penting untuk dijadikan pedoman oleh para peneliti, sarjana dan orientalis Barat.

DOWNLOAD EBOOK

ISI BUKU

Daftar Isi

5

Pengantar Penerbit

7

Pengantar

11

Zainab binti Jahsy dan Zaid bin Haritsah

31

Hakikat Poligami

67

Istri-istri Rasulullah

77

 

Khadijah dan Aisyah

77

 

Saudah

81

 

Hind (Ummu Salamah)

82

 

Ramlah (Ummu Habibah)

84

 

Juwayriah

85

 

Shafiyah

86

 

Maimunah

87

 

Hafshah

90

 

Zainab

92

Epilog

93



PRIMAGRAPHOLOGY TRAINING & CONSULTING

BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA KARYA ALI SYARI'ATI :

BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA TENTANG PEMIKIRAN KRITIS ISLAM :

No comments:

Post a Comment