ARKEOLOGI SEJARAH PEMIKIRAN ARAB-ISLAM VOLUME 3 -- ADONIS

ARKEOLOGI SEJARAH PEMIKIRAN ARAB-ISLAM VOLUME 3 -- ADONIS

Pada buku pertama (Jilid 1), Adonis telah mengelaborasi panjang lebar seputar pertentangan yang terjadi di kalangan masyakat Arab-Islam masa awal antara pihak yang menghendaki kemapanan (ats-tsâbit) dan pihak yang menghendaki perubahan (al-mutahawwil). Ia memulai pembahasannya pada jilid pertama ini dengan mengkaji dasar-dasar ittiba (peniruan) dan kemudian dilanjutkan dengan mengkaji dasar-dasar ibda (kreativitas), mulai dari masalah khilâfah dan politik, agama dan puisi, fanatisme keagamaan dan politik Islam, puisi dan bahasa, sunnah dan fiqh, gerakan-gerakan revolusioner dan gerakan-gerakan pemikiran, hingga masalah puisi dan konsep cinta di dalamnya.

Pada buku kedua (Jilid 2) Adonis mengkaji tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh para pemikir dan ilmuan Arab-Islam era Dinasti Umayyah dan Abbasiyah untuk “memapankan yang dasar” (ta’shîl al-ushûl) dan “memapankan dasar-dasar kemapanan” (ta’shîl ushûl ats-tsâbit) dalam upaya mendefinisikan pengertian dari term al-qadîm, as-sunnah, bid’ah, ijma’, dan taklid. Pada aspek ats-tsâbit (yang tetap statis), Adonis melakukan pembacaan kritis terhadap apa yang ditulis oleh asy-Syafi’i terkait dengan upayanya memapankan yang dasar. Di sini, Adonis mengutip begitu banyak teks asy-Syafi’i dan melakukan pembacaan kritis atasnya. Menurut Adonis, asy-Syafi’ merupakan salah satu tokoh terdepan yang terus berusaha “memapankan yang dasar”, khusususnya dalam bidang hukum (Islam). Ia sangat gigih mempertahankan kemapanan dan menolak perubahan. Setelah melakukan kajian atas teks asy-Syafi’i, Adonis kemudian melakukan teorisasi terhadap dasar-dasar bahasa dan kaitan antara bahasa dan agama. Setelah itu, kajian dilanjutkan dengan upaya melakukan teorisasi atas puisi dalam kaitannya dengan nilai-nilai agama-moral.

Pada buku ketiga (Jilid 3) yang sekarang ada di tangan pembaca, Adonis lebih memfokuskan kajiannya pada pertentangan yang terjadi di kalangan masyarakat Arab-Islam era pertengahan dan masa kebangkitan, khususnya terkait dengan persoalan modernitas.

Modernitas yang muncul saat ini, menurut Adonis, merupakan perpanjangan dari apa yang disebut sebagai tahawwul (perubahan), dan perubahan muncul dari asumsi adanya kekurangan atau tidak adanya pengetahuan di masa lampau. Kekurangan atau ketiadaan ini mungkin bisa diganti dengan mengambil sesuatu untuk pemikiran atau pengetahuan tertentu dari bahasa asing ini atau itu, namun mungkin juga ia bisa dijawab dengan melakukan upaya kreativitas. Dengan demikian, modernitas adalah menyatakan sesuatu yang belum diketahui oleh tradisi kita, atau mengungkapkan sesuatu yang tidak diketahui dari satu sisi, dan menerima ketidakberhinggaan pengetahuan di sisi yang lain.

Sementara itu, salafiyah yang merupakan perpanjangan dari apa yang disebut sebagai tsabât (kemapanan) berangkat dari asumsi bahwa pengetahuan melalui teks dan naql adalah paripurna sehingga kemodernan tidak memiliki makna pentingnya ketika berhadapan dengan suatu bahasa yang telah mewujudkan kreativitas paripurnanya yang tidak mungkin dilampaui. Oleh karena itu, pemikiran lain dan juga kreativitas menjadi tidak diperlukan. Dengan demikian, yang dibutuhkan oleh masyarakat, menurut pandangan ini, adalah menjadikan masa lalu senantiasa terus hadir.

Inilah dua konsep yang saling menegasikan antara satu dengan yang lainnya. Salah satunya muncul dari sikap yang terus-menerus mencairkan identitas dalam masa kini dan masa datang dengan pengetahuan lama yang sudah berlalu dan bahasa yang mengekspresikannya, sementara yang lainnya muncul dari sikap menegasikan sikap mencairkan identitas tersebut.

Dalam keseluruhan buku ini, Adonis begitu cermat menggambarkan dan memetakan kecenderungan pemikiran dan kebudayaan Arab-Islam. Ia berhasil memotret gerak kebudayaan Arab-Islam yang menurutnya selalu terjadi pertentangan dan pertarungan antara pihak atau kelompok yang menginginkan ortodoksi (kemapanan) dengan pihak atau kelompok yang menginginkan perubahan dalam semua lini (teologi, politik, budaya, hukum, dan bahasa-sastra-pusi), yang mana masing-masing kelompok merasa sebagai pihak yang benar. Tarik-menarik kepentingan dan juga perebutan klaim kebenaran itulah yang membuat gerak sejarah kebudayaan Arab-Islam menjadi berkembang dinamis, meskipun di sisi yang lain terkadang justru memunculkan anomali dan pertentangan yang tidak jarang juga memakan korban jiwa.

DOWNLOAD EBOOK

ISI BUKU

Pengantar Redaksi

V

Pengantar Penerjemah

xvii

Pengantar Ahli : Dr. Paul Nwyia

xxvii

Pengantar Penulis

Xxxix

Daftar Isi

lxv

BAGIAN PERTAMA : BATAS-BATAS AKAL

1

Al-Qâdhi Abd al-Jabbâr: Penalaran dan Kerusakan Taklid

3

Al-Imâm al-Ghazâli: Pemikiran dan Batas-Batas Akal

23

Al-Fârâbi: Bahasa dan Modernitas

33

Ibn Taimiyah: Pemikiran sebagai Bid’ah

45

BAGIAN KEDUA : PEMIKIRAN YANG HILANG ATAU “ERA KEBANGKITAN”

59

Muhammad Bin Abd al-Wahhâb: Pemikiran sebagai Taklid

61

Muhammad Abduh: Pemikiran sebagai Kompromi

77

Muhammad Rasyid Ridha: Pemikiran sebagai Upaya Pemahaman

99

Al-Kawakibi: Pemikiran sebagai Reformasi

117

BAGIAN KETIGA : LAMPIRAN

133

Wawancara

135

Tiga Teks Seputar “Revolusi Islam”

165

 

Teks Pertama

165

 

Teks Kedua

173

 

Teks Ketiga

181

Beberapa Pasal

187

Penutup : Menuju Pemikiran Lain

211

Daftar Pustaka

235

Indeks

241



PRIMAGRAPHOLOGY TRAINING & CONSULTING

BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA KARYA ADONIS :

BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA TENTANG PEMIKIRAN KRITIS ISLAM :

No comments:

Post a Comment