CELUPKAN HATIMU KE SAMUDERA RINDU-NYA : THE WISDOM OF ABU NAWAS – AHMAD IBNU NIZAR

CELUPKAN HATIMU KE SAMUDERA RINDU-NYA : THE WISDOM OF ABU NAWAS – AHMAD IBNU NIZAR

“Celupan Allah. Siapakah yang lebih baik celupannya daripada Allah ?” [Q.S. Al-Baqarah / 2 : 138 ]

Abu Nawas bukanlah sosok yang asing bagi masyarakat Indonesia. Kisah-kisah kocak Abu Nawas telah beredar sekian lama dan sangat popular, terutama kisahnya dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid yang sering kena kick dari si Abu Nawas. Singkat kata, Abu Nawas identic dengan karakter humoris, cerdik, dan agak nakal. Dan kesan ini semakin diperkental oleh banyaknya buku kompilasi humor Abu Nawas, juga pethilan-pethilan humor di jagad internet yang digolongkan dalam humor sufi.

Berbeda dari biasanya, dalam buku ini Anda akan berhadapan dengan sisi lain Abu Nawas. Di sini, Abu Nawas tampil sebagai sosok sufi, yang dengan syair religiusnya mampu memicu kita untuk kembali kepada-Nya dan menapak jenjang-jenjang ruhani yang lebih tinggi.

Jika kita baca catatan biografi Abu Nawas, di masa mudanya ia terkenal karena puisinya yang jenakan dan mengupas kehidupan perkotaan, terutama kenikmatan anggur (khamriyyat) dan humor cabul (mujuniyyat). Corak puisinya yang “baru” ini, serta otaknya yang cemerlang menjadikan ia tersohor, hingga akhirnya ia sempat menjadi penyair istana (syair al-bilad) Khalifah Harus Ar-Rasyid. Pada periode inilah kiranya muncul kisah-kisah humor yang terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia.

Meski terkenal nakal, sajak-sajaknya diakui sarat dengan nilai spiritual, juga cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Dalam al-Wasith fi al-Adab al-‘Arabi wa Tarikhih misalnya, Abu NAwas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Ruh spiritual Abu Nawas semakin kental sesudah ia mendekam di penjara. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah. Kegemarannya melakukan maksiat di masa muda, memicu pencarian nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafsirkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Syair I’tirof yang amat terkenal itu, merupakan bukti rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.

Sedemikian, buku ini menyajikan puisi-puisi sufistik Abu Nawas, beserta penjelasan gamblang tentang kandungan nilai puisi tersebut. Syair-syair Abu Nawas yang menyentuh hati ini diharapkan bisa menjadi seteguk air penyejuk di tengan “Global Warming Peradaban, sebagai pengingat bahwa hidup ini hanya singkat saja dan seyogianya tidak disia-siakan.

DOWNLOAD EBOOK

ISI BUKU

Mukadimah

7

Mengenal Abu Nawas

11

Saudaraku, Bersiaplah Menuju Tuhanmu

19

Mulai Sekarang, Mari Hindari “si Puncak Kemalangan”

27

Siapkah Kita Menghadapi Hari Perhitungan ?

39

Mari Siapkan Dua Sayap Sakti Menuju Ilahi

47

Harapkan Ampunan-Nya, Saudaraku, Tetapi Jangan Kau Tertipu

53

Para Ulama yang Menangis Menjelang Ajalnya

71

Jika Engkau Dikuliti Hidup-Hidup, Sakitnya Belum Setara Maut

79

Bayangkanlah, Bagaimana Jika Kiamatmu Tiba …

93

Di Hadapan Maut, Kita Mesti Menangis atau Tertawa ?

99

Saudaraku, Dengarkanlah Percakapan Lirih Tanah Pekuburan

109

Mengintip Mahsyar, Sudahkah Kita Bersiap ?

117

Mabukkan Dirimu dalam Keelokan Tuhan

129

Celupkan Kalbumu ke Samudera Rindu-Nya

135

Basuh Hatimu dengan Deburan Cinta-Nya

149

Saat Kiamat, Apa yang Mesti Diharap Kecuali Rahmat-Nya ?

157

Kata Akhir

169

Daftar Pustaka

175

Biodata Penulis

177


PRIMAGRAPHOLOGY TRAINING & CONSULTING

BUKU-BUKU ISLAM LAINNYA TENTANG TASAWUF :

No comments:

Post a Comment